Suatu kelemahan besar bagi para vendor yang menerapkan kebijakan
sistem operasi terbuka ialah keterbatasan pengawasan aplikasi. Seperti Android misalnya, keterbukaannya membuat aplikasi yang beredar begitu banyak dan sulit diawasi.
Akibatnya
sudah seperti yang bisa ditebak, yakni peningkatan jumlah aplikasi
berbahaya yang sangat drastis. Bayangkan saja, pada akhir 2011 Android
mencatatkan diserang 13.302 malware. Padahal sebelum mencapai angka
puluhan ribu, malware yang menyerang Android hanya berjumlah 400an saja.
Dalam
waktu 6 bulan, terjadi peningkatan sekitar 3.325 persen serangan
malware di Android (Juniper Networks Mobile Threat Center melaporkan).
Sebelum benar-benar menjadi raja gadget di tahun 2012 ini, serangan malware adalah PR serius bagi Android.
Beberapa
aplikasi yang berbahaya dan mengandung malware, bisa mengakibatkan
pencurian informasi pengguna tanpa izin, membuat panggilan tanpa
sepengetahuan pengguna dan berbagai aksi spyware lainnya yang berbahaya
dan merugikan pengguna Android.
Contohnya saja pada aplikasi
bernama Dream Droid dan Droid KungFu yang beredar sedemikian ‘manis’
layaknya donut pada Android. Bagi pengguna awam, kedua aplikasi tersebut
sepertinya aman dan baik-baik saja padahal mengandung malware.
Parahnya, ribuan aplikasi berbahaya seperti itu beredar di pasar
Android.
Pasar mobile yang tengah bergairah, ditambah dengan
dukungan perangkat layar sentuh yang makin canggih memang membuat pihak
tak bertanggung jawab melirik sektor ini. Apalagi ditambah dengan
ramainya pamor Android, dengan sistem operasi terbukanya, membuat aksi
serangan malware begitu banyak dan mudah.
Untuk meminimalisasi
terkena serangan malware, tindakan pencegahan yang bisa dilakukan ialah
menginstal aplikasi dari toko resmi penyedia aplikasi Android, yakni Android Market.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar